TOTAL QUALITY MANAGEMENT
Total
Quality Management atau TQM terdiri dari tiga kata, yaitu Total yang berarti
keseluruhan, Quality yang berarti kualitas atau tingkat keunggulan suatu barang
atau jasa, dan Management yang berarti tindakan atau cara pengendalian. Jika
didefinisikan dari ketiga kata tersebut maka definisi Total Quality Management
(TQM) adalah sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan, dengan
kegiatan yang diupayakan melalui perbaikan atau perubahan secara terus menerus.
Proses Perbaikan ini berlaku disetiap Level Operasional, Area Fungsional, dan
Menggunakan Sumber Daya yang ada baik Manusia, Material, Waktu, Modal,
Informasi dan lainnya. TQM adalah
Quality Management yang merupakan Tanggung Jawab semua Level Organisasi dengan
Top Management sebagai Pengendali. TQM
merupakan sebuah Definisi dari aktivitas dan kegiatan yang menggunakan alat
bantu seperti :
Quality Planning (Perencanaan Kualitas)
Perencanaan
Kualitas (Quality Planning) adalah penetapan dan pengembangan tujuan dan kebutuhan untuk sebuah kualitas serta penerapan sistem kualitas yang telah
ditetapkan sebelumnya. Perencanaan
merupakan bagian dari sebuah Manajemen Strategi, sehingga Arah dan Tujuan
Organisasi dapat jelas dimengerti dan dipahami seluruh level organisasi. Dan dalam jangka panjang, tujuan organisasi
harus selalu mengarah pada Quality First atau kualitas yang pertama.
Quality Control (Pengendalian Kualitas)
Teknik
dan aktivitas operasional yang dipergunakan untuk memenuhi persyaratan kualitas. Setiap perencanaan yang telah dieksekusi atau
dilaksanakan perlu memnuhi syarat kontrol dan monitoring yang tepat dan berkala. Pengendalian kualitas merupakan
arahan agar Quality Planning berjalan sesuai koridor arah dan tujuan organisasi.
Quality Assurance (Jaminan Kualitas)
Tindakan
yang terencana dan sistematik yang diimplementasikan dan didemonstrasikan guna
memberikan kepercayaan yang cukup bahwa produk dan jasa layanan Anda akan
memuaskan kebutuhan kualitas tertentu. Dengan adanya sistematika pengendalian kualitas, maka output dan outcome organisasi Anda akan menjadi sebuah brand ternama yang terjamin mutu dan kualitasnya. Disinilah Anda dan tim
memerlukan feedback dari pihak internal ataupun eksternal tentang produk dan jasa yang telah diberikan.
Quality Improvement (Peningkatan Kualitas)
Tindakan
yang diambil guna meningkatkan nilai produk dan jasa untuk pelanggan melalui
peningkatan efektivitas dan efisiensi dari proses dan aktivitas melalui
struktur organisasi. Dengan banyaknya inputan, masukan, kritikan dan umpan balik (feedback), maka Anda akan memasuki
tahapan berikutnya dari sebuah Quality Management yakni Peningkatan Kualitas
atau Quality Improvement.
Empat
Besaran mengenai Konsep Dasar Total Quality Improvement cukup memperjelas Keterkaitan
satu dan lainnya dalam Pengembangan Budaya Improvement dalam Perusahaan
Anda. Meski cukup banyak definisi
tentang Manajemen Kualitas, namun pada dasarnya Quality Management selalu
berfokus pada Perbaikan Berkesinambungan untuk Peningkatan Pelayanan Pelanggan,
baik internal atau eksternal.
SIX SIGMA
Six Sigma merupakan suatu alat
manajemen yang digunakan untuk menggantikan Total Quality Management. Six Sigma
sangat terfokus terhadap pengendalian kualitas dalam mendalami sistem produksi
perusahaan secara keseluruhan, selain itu Six Sigma sangat terfokus pada
peningkatan kepuasan pelanggan. Six Sigma memiliki tujuan untuk
menghilangkan cacat produksi, memangkas waktu produksi, dan meminimalkan biaya.
Untuk
melakukan peningkatan terus menerus menuju target Six Sigma dibutuhkan suatu
pendekatan yang sistematis, berdasarkan ilmu pengetahuan dan fakta (systematic,
scientific and fact based) dengan menggunakan peralatan, pelatihan dan
pengukuran sehingga ekspektasi dan kebutuhan pelanggan dapat terpenuhi (Simon,
2005). Saat ini terdapat dua pendekatan yang biasa digunakan dalam Six Sigma,
yaitu :
DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve and Control)
Metodologi
DMAIC digunakan saat sudah terdapat produk atau proses di perusahaan, namun
belum dapat mencapai spesifikasi yang ditentukan oleh pelanggan.
- Define, menentukan tujuan proyek dan ekspektasi pelanggan.
- Measure, mengukur proses untuk dapat menentukan kinerja sekarang atau sebelum mengalami perbaikan.
- Analyze, menganalisa dan menentukan akar permasalahan dari suatu cacat atau kegagalan.
- Improve, memperbaiki proses menghilangkan atau mengurangi jumlah cacat atauu kegagalan.
- Control, mengawasi kinerja proses yang akan datang setelah mengalamai perbaikan.
DMADV (Define, Measure, Analyze, Design and Verify)
Metodologi
DMADV dapat digunakan pada tempat / perusahaan yang belum terdapat produk
maupun proses atau pada perusahaan yang sudah memiliki produk maupun proses dan
sudah dilakukan optimisasi (menggunakan DMAIC ataupun metode yang lain) namun
tetap saja tidak bisa mencapai level spesifikasi yang ditetapkan berdasarkan
pelanggan atau sigma level.
- Define, menentukan tujuan proyek
- Measure, mengukur dan memutuskan spesifikasi dan kebutuhan pelanggan.
- Analyze, menganalisa beberapa proses pilihan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
- Design, merancang proses secara terperinci yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
- Verify, menguji kemampuan dan kekuatan hasil rancangan agar sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Perbedaan Total Quality Management (TQM) dengan Six Sigma
Total Quality Management hanya
memberikan petunjuk secara umum, sehingga hanya seorang pemimpin bisnis yang
berbakat saja yang mempu menerjemahkan Total Quality Management ke dalam
operasional sehari-hari. Total Quality Management juga hanya memberikan
petunjuk mengenai menjaga dan meningkatkan kualitas, tetapi sulit untuk
membuktikan keberhasilan pencapaian peningkatan kualitas.
Kemudian pada tahun 1950 muncul
konsep Total Quality Control yang menunjukkan bahwa kualitas produk dapat
ditingkatkan dengan cara memperpanjang jangkauan standar kualitas ke area
engineering dan puchasing. Namun, terdapat permasalahan dari pelaksanaan konsep
Total Quality Control, yaitu terlalu
fokus pada kualitas dan tidak memperhatikan isu bisnis kritis lainnya. Implementasi
Total Quality Control menciptakan pemahaman bahwa masalah kualitas adalah
masalah Departemen Quality Control, padahal masalah kualitas biasanya berasal dari
ketidakmampuan departemen lain dalam perusahaan yang sama. Penekanan
umumnya pada standar minimum kualitas produk, bukan pada bagaimana meningkatkan
kinerja produk. Sedangkan Six Sigma dalam pelaksanaannya
menunjukkan hal-hal yang menjadi solusi dari permasalahan-permasalahan yang
timbul dari pelaksanaan konsep Total Quality Control, yaitu Menggunakan
isu biaya, cycle time, dan isu bisnis lainnya sebagai bagian yang harus
diperbaiki.
Six
Sigma tidak menggunakan ISO 9000 dan Malcolm Baldrige Criteria, tetapi fokus
pada penggunaan alat untuk mencapai hasil yang terukur. Six
Sigma memadukan semua tujuan organisasi dalam satu kesatuan. Kualitas hanya
salah satu tujuan, tidak berdiri sendiri atau lepas dari tujuan bisnis lainnya. Six
Sigma menciptakan agen perubahan yang bukan bekerja di Quality Departement.
Green Belt adalah para operator yang bekerja pada proyek Six Sigma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar